Keluarga nabi ibrahim as
Nabi
ibrahim as adalah putera dari Aaazar (tarih) bin tahur bin saruj rau’
bin falij bin Aaabir bin syalih bin arfakhsyad bin saam bin nuh as.
Ayahnya adalah pembuat patung untuk sesembahan. Ia dilahirkan di sebuah
tempat bernama “Faddam Aram” dalam kerajaan “Babylon” yang pada waktu
itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin kan’aan”, Beliau
adalah seorang rasul Allah yang diutus kepada satu kaum di negeri irak
yang dikuasai oleh raja Namrud.
Cerita Nabi Ibrahim
– Menurut buku kisah-kisah 25 nabi dan mukjizatnya, Kerajaan babylon
pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang,
sejahtera dalam keadaan serba kecukupan sandan maupun pangan serta
sarana prasarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan
tetapi tingkatan hidup rohani mereka berada ditingkat jahiliyah. Mereka
tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka
dengan segela kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka
adalah patung-patung yang mereka pahaht sendiri dari batu batu atau
terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja
mereka namrud bin kan’aan menjalankan tampuk pemerintahan dengan tangan
besi dan kekuasaan mutlah tanpa adanya undang-undang. Semua kehendaknya
harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undangn yang
tidak dapat dilanggar atau ditawar. Kekuasaan yang besar yang berada di
tangannya itu dan kemewahan hidup berlebih-lebihan yang ia nikmati lama
kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Dia
merupakan seorang raja yang kejam. Ia merasakan dirinya patut disembah
oleh rakyatnya sebagai Tuhan. Ia berpikir jika rakyatnya mau dan rela
menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang tidak dapat
memberikan manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa
bukan dia saja yang disembah sebagai Tuhan. Dia yang dapat berbicara,
dapat mendegarn dan dapat berpikir, dapat memimpin mereka, membawa
kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan.
Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hinda
di hina menjadi orang yang mulia. Di samping itu, ia adalah raja yang
berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Cerita Nabi ibrahim As Mencari Tuhan kemudian Menemukan Alloh
Ketika Nabi ibrahim
as masih anak-anak, dia dapat merasakan kesesatan kaummnya yang
menyembah berhala. Lalu Nabi ibrahim merenung dan berfikir, siapa kah
Tuhan yang sebenarnya? Pada suatu malam, nabi ibrahim as kagum akan
bintang-bintang yang ada di langit. Ia menganggap bahwa itu adalah
Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan lebih besar dari pada
bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya.
Namun ketika menjelang pagi Nabi ibrahim terkejut
karena bintang dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata
lenyap dari pandangan. Nabi Ibrahim as pun kecewa lagi.
Lalu
muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia
mengganggap bahwa matahari itula Tuhannya. Sekali lagi Nabi Ibrahim as
kecewa karena matahari juga hilang karena malam tiba. Akhirnya nabi
ibrahim as mengetahui bahwa ALlah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak
disembah.
Ayah Nabi Ibrahim as adalah
seseorang yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Nabi
Ibrahim as sebagai calon rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa
pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh jauh telah diilhami akal sehat dan
fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh
kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah pebuatan yang sesat yang
menandakan kebodohan dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung
itu adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar
mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada
Tuhan Yang MAha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa
remajanya, nabi ibrahim as sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang
telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk
menjajajakn baran-barang itu.
Nabi Ibrahim melihat bukti kekuasaan Alloh
Nabi
ibrahim yang sudah berketatapan hati hendak memerangi syirik dan
persembahan berhala yang terjadi dalam masyarakat kaumnya ingin lebih
dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menentramkan hatinya serta
membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu
pikirannya degan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
Berserulah ia kepada ALlah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku
bagaimana engkau mengidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah
menjawab seruannya dengan berfirman : Tidaklah engkau beriman dan
percaya kepada kekuasaan-Ku ? “Nabi Ibrahim menjawab : “Benar, wahai
Tuhanku, aku telah beriman dan percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu,
namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar
aku dapat mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami
menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan Mu.
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim
as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah
memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya
menjadi berkeping-keping mencampur baurkan kemudian tubuh burung yang
sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak
setiap bukti dari empat bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang
lain.
Setelah dikerjakan apa yang
telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as
memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah
jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Dengan
izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu
dalam keadaan utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan
dan panggilan nabi ibrahim as kepadanya lalu hinggaplah empat burung
yang hidup kembali itu didepannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri
bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu
yang tidak. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh
Nabi Ibrahim as untuk menetramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan
ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan
kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat
menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan
oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”
Begitu kisah cerita nabi ibrahim
mencari Tuhan, banyak terjadil hal-hal yang memang di luar nalar
manusia. Namun kita wajib meyakini bahwa sesuatu yang kita anggap tidak
mungkin, jika Allah mengizinkannya maka bisa mungkin saja terjadi.
No comments:
Post a Comment